Assalamualaikum, wr wb….
Setelah sekian
lama nggak nulis blog, akhirnya sekarang sudah punya banyak waktu luang buat
nulis dan aktif bikin blog lagi, insyaallah. Kali ini saya tidak mereview soal
permakeup-an, saya mau berbagi pengalaman tentang cerita kehamilan dan dilema
menjadi wanita karir vs IRT, hihi. Yukk mari disimak.
Pada tulisan
kali ini saya akan membahas tentang cerita kehamilanku. Alhamdulillah saat ini
saya telah mengandung anak pertama usia kandungan 15 minggu. Ini adalah
kehamilan kedua saya. Saya akan sharing pengalaman saya keguguran hingga hamil
kembali dengan risiko kehamilan yang sama. Kehamilan saya pertama yaitu sekitar
akhir februari 2018. Setelah menikah selama 6 bulan akhirnya saya hamil untuk
yang pertama kali. Saat hamil pertama, 3 hari sebelum terlambat haid badan saya
sakit semua, demam, meriang, flue sampai atsma saya kambuh. Payudara saya sakit
sekali kalau di sentuh dan pingang saya juga sakit. Akhirnya saya telat haid 1
hari dan itu pun masih negatif. Setiap hari saya tes pack sampai hari ke 7
terlambat haid baru terlihat 2 garis, itupun satunya samar. Alhamdulillah akhirnya yang saya tunggu tunggu datang juga.
Saya senang sekali meskipun badan masih meriang nggak sembuh sembuh sampai 2
minggu. Seminggu kemudian saya periksa ke dokter di RS Panti Rapih. Saya
memilih RS tersebut karena dekat dengan kantorku bekerja dan kerjasama dengan
asuransi kesehatan yang diberikan kantor. Saya lupa nama dokternya yang jelas
dokternya cowok. Setelah diperiksa dokter menyatakan bahwa aku hamil sekitar 5
minggu dan diminta kembali lagi 2 minggu.
Kehamilan
pertama aku tidak merasakan mual mual yang hebat seperti orang hamil pada
umumnya, makan enak sesekali mual tapi tidak sering. Bahkan saya cenderung
lapar dan selalu sedia cemilan dikantor. Nggak tangung-tangung saya bisa makan
5 kali sehari. Berat badan saya naik 2 kg, padahal saya termasuk orang yang
susah naik bb. Perasaan saya sensitif sekali, saya bisa nangis tanpa sebab.
Kadang suami bilang apa sedikit saya tersingung dan akhirnya marah. Tak jarang
saya sering ngomel-ngomel saking sensitifnya dan nangis setelah marah. Padahal
katanya orang hamil sebisa mungkin jangan marah. Hihihi jangan ditiru yaa. Saya
masih bekerja seperti biasa tidak ada keluhan saat hamil. Kebetulan ruangan
kerja saya di lantai 2. Tapi masih enjoy naik turun tangga. Saya pun naik motor
sendiri ke kantor. Berangkat jam 7 pagi pulang sampai rumah jam 7-set 8 malam
seringnya. Aku merasa badanku kuat, makanku banyak insyaallah nggak papa.
Sampai kemudian ………
Saya mengalami FLEK sebelum
jadwal kontrol ke dokter sesaat setelah pulang kerja. Fleknya tipissss banget.
Kebetulan suami sedang di luar kota. Saya sendirian di rumah.
Lalu saya
menghubungi temen yang berprofesi seorang bidan, kebetulan dia main ke
jogja. Saya cerita tentang flek yang
baru saja saya alami dan malam sebelum flek saya masih berhubungan dengan suami.
Saya menduga mungkin flek karena hubungan dengan suami bukan karena kecapean
kerja. Akhirnya teman saya datang membelikan obat dan menemani saya di rumah.
Flek akhirnya hilang dipagi hari. Teman saya pesan sebaiknya jangan kerja dulu
dan jangan hubungan dengan suami dulu, tapi merasa flek sudah hilang saya
mengabaikan pesannya dan ke kantor dengan naik motor sendiri.
“oh tuhan betapa bodohnya saya
saat itu”
Saat di kantor
Alhamdulillah saya tidak mengalami flek lagi saya selalu cek setiap jam.
Sekitar pukul 4 saya cek ke kamar mandi dan ternyata flek muncul lagi tipiss.
Akhirnya saya minta izin pulang awal dan segera ke RS Panti rapih. Saya
ditangani oleh dokter yang berbeda karena belum jadwal control yang seharusnya
hari Rabu malam, namun saya datang hari Selasa sore. Setelah pemeriksaan dokter
menjelaskan. Usia kehamilan berdasarkan kalender jadwal haid yaitu di usia 7
minggu, namun kenyataannya janin saya seperti 5 minggu hanya terlihat kantong
kehamilannya saja dan belum ada detaknya. Flek itu pertanda ada yang tidak
beres dengan kehamilan saya. Saya diminta bedrest total selama 2 minggu dan diberi obat penguat kandungan, jika
sebelum 2 minggu jadwal control masih flek dan makin banyak maka segera periksa
kembali. Dokter mengatakan saya ada kecenderungan blighted ovum. Saya bertanya
tanya penyebabnya, kenapa? dokterpun
tidak bisa menjawab secara pasti karena banyak faktor misalnya ada benih yang
kurang baik, ada virus, ada saudara yang mempunyai riwayat yang sama, dan bisa
karena seleksi alam atau takdir.
Saya mulai
searching mengenai apa itu blighted ovum dan menemukan forum di ibuhamil.com. Semakin
sering saya searching maka saya semakin panik dan khawatir. Padahal saya diminta
untuk positif thingking dan legowo menerima apakah kehamilan bisa lanjut atau
tidak. Tidak puas dengan dokter sebelumnya saya memutuskan untuk mencari second
opinion di dokter yang menangani saya ketika saya mencoba promil karena setelah
3 bulan menikah saya belum juga hamil. Saya pergi ke RS Queen latifa. Setelah
saya diperiksa, dokter menjelaskan kehamilan saya seperti usia 4 minggu. Dokter
tidak menyarankan untuk bedrest dan boleh bekerja sehingga saya tidak diberikan
surat istirahat. Katanya sih kuli panggul aja bisa kok punya anak, tukang becak
juga bisa, jadi kenapa musti berhenti bekerja. Nggak perlu bedrest kalau janin
baik dia akan bertahan kalau tidak dia akan gugur dengan sendirinya. Setelah
periksa saya menebus obat, dan jeng jenggg……. obatnya mahal sekalii sekitar 1
jutaan. Padahal obat dari dokter sebelumnya belum habis saya minum dan disuruh
menghentikan. Akhirnya saya tetep bedrest 2 minggu namun minum obat yang mahal
itu. Bedrest itu membosankan tapi demi dedek bayi, saya hanya di kasur nggak
boleh gerak gerak bahkan cuma gerak ketika mau pipis aja. Setelah flek hilang
kadang saya lupa dan sesekali jalan meski cuma di rumah. Saya mulai merasa mual
mual layaknya orang hamil dan ngidam makanan yang aneh aneh yaitu masakan
ibuku.
2 minggu
setelah bedrest saya kembali masuk kerja. Alhamdulillah tidak ada masalah cuma
saya mulai mual mual setiap pagi dan sulit makan. Saya mulai pilih pilih
makanan. Baru 1 hari masuk kerja, malamnya saya kembali flek. Saya akhirnya
kembali ke RS Panti Rapih keesokan harinya. Saya konsultasi dengan dokter yang
berbeda karena jadwal dokter yang menangani ketika saya flek tidak praktik di
hari itu. Dokter melakuan tindakan transvaginal. Dokter menyatakan bahwa usia
kandungan saya 9 minggu dihitung dari kalender namun tidak ada detak jantungnya
alias kehamilan kosong. Saya banyak bertanya apakah tidak bisa diselamatkan
lagi atau dipertahankan. Dokter hanya memberi jawaban mau di curate atau mau
ditunggu luruh sendiri. Jika luruh sendiri lebih sakit seperti orang melahirkan
karena ada kontraksi juga. Setelah luruh harus di cek apakah sudah bersih atau
belum kandungannya. Kalau di curate maka besok bisa di curate. Setelah saya
konsultasi dan keluar dari ruangan dokter saya pun menangis.
Saya merasa bodoh kenapa tidak
bisa menjaga kehamilan dan harus menjalani curate, padahal saya menunggu
kehamilan selama 6 bulan semenjak menikah. Saya mengulur ulur waktu untuk
curate. Saya masih mencari dokter lain siapa tau ada keajaiban. Saya pun pulang
dan mencoba menelpon rumah sakit yang ada di Jogja untuk mencari tahu biaya
curate dan RS yang rekanan dengan asuransi saya. Saya mencari info dengan rekan
kantor dan searching di grup ibuhamil.com dan akhirnya saya putuskan untuk
mencari second opinion di RSKIA Sadewa.
Sabtu pagi,
perut saya sakittt sekali seperti orang mau mens tapi lebih sakitttt. Saya
pipis keluar seperti darah. Lalu saya bilang suami ini bukan flek lagi tapi
saya pendarahan!!! Saya dan suami bergegas ke RSKIA Sadewa dan sudah persiapan
siapa tau suruh opname. Saya konsultasi dengan dr ARIEF KURNIA, SPOG. Dokter
mengatakan kantong kehamilan saya sudah tidak lagi utuh bulat tapi udah
bentuknya tidak beraturan. Ini harus di curate. Saya pun curhat dengan dokter
arief bahwa saya sudah menjalani pengobatan flek dengan dokter dimana mana dan
dokter arief adalah dokter ke 5 saya. Kata dokter arief kalau flek memang harus
bedrest total tidak boleh bergerak gerak. Kalau sudah blighted ovum memang harus
dicurate. Penyebabnya banyak faktor (sama sih kaya dokter di RS Panti Rapih).
Akhirnya saya aka di curate jam 3 sore. Saya puasa untuk tidak makan minum dulu
sebelum operasi. Kebetulan terahir makan jam 8 sebelum berangkat ke RS.
Hati saya deg
degan, saya belum pernah melakukan operasi sebelumnya. Saya pun nangis terus
minta yang terbaik. Saya terus menyesali merasa tidak bisa menjaga kehamilan
saya. Hanya saya dan suami saja yang menemani. Orang tua dan mertua berada di
luar kota dan tidak bisa datang dadakan. Ditemani suami saya mengurus berkas
berkas operasi dan akhirnya jam menunjukkan pukul 3.00. Saya di ambil darah
untuk cek golongan darah. Saya mulai di infus dan masuk ke ruang perawatan
sambil menunggu dokternya tiba. Tak berselang lama saya di gledek ke ruang
bersalin. Udah kaya drama banget sama suami. Saya bilang sama suami kalau saya
nggak bangun setelah operasi aku minta maaf yaa iklasin aku yaa. Trus pelukin
suami sambil mewek takut kalau nggak bangun setelah operasi. Ketika operasi curate saya dibius total.
Operasi sekitar 1,5 jam sih katanya.
Pas masuk ruang operasi saya melihat
peralatan operasi, duh ngerii sendiri…
Suster masukin bius lewat infus
dan seketika saya hilang kesadaran
Bangun bangun
saya mendengar jeritan ibu yang kesakitan sesaat sebelum melahirkan. Dia masih
mengejan disamping saya ditemani oleh suami dan ibunya. Mata saya masih berat
dan terasa ngantukkkk. Tapi nggak bisa tidur karena suasana kurang nyaman.
Akhirya saya dibawa ke ruang perwatan masih lemas dan ngantuk. Hasil curate di
pegang suami dan ditaruh di botol kecil, rasanya saya nangis kalau melihatnya.
Seperti “duh calon anakku maafkan mama ya nak”. Setelah sampai di kamar
perawatan saya masih belum bisa tidur dan masih pusing sekali. Saya mewek lagii
karena samping saya baru melahirkan dan mendengar tangisan bayi. Bayinya lucu
sekali. Saya merasa iri, sama sama masuk ruang bersalin dia keluar membawa
anak, sedangkan saya membawa botol kaca berisi darah dan calon anak yang gagal
berkembang. Sama sama merasakan sakit tapi dia setelah sakit disambut tangisan
bayi sedangkan saya??? Saya makin baperr pengen pindah kamar yang satu orang
saja. Tapi ternyata penuh. Saya sudah diperbolehkan pulang malam itu juga atau
besok. Saya terus menangis di samping suami saya. Dia cuma bisa menghibur
banyak istighfar besok kita bikin lagi. Akhirnya saya kepengen pulang malam itu
juga, meskipun ibu saya melarang saya pulang takut kalau ada apa apa dirumah.
Tiba tiba mertua saya datang nengok saya dan menghibur saya. Saya diantar pulang ke rumah dengan mertua
saya, meskipun mertua meminta saya untuk pulang ke Magelang ke rumah mertua
tapi saya memilih dirawat dengan suami di Yogya saja. Keesokan harinya giliran
orangtua saya datang menegok saya. Air mata saya menetes kala memeluk ibu saya.
Berkali kali mereka meminta saya fokus hamil dan bedrest bahkan sekalian
berhenti bekerja, namun saya acuhkan, merasa saya kuat, saya terbisa bekerja
bahkan sebelum menikah saya sering dinas luar kota pun jarang sakit, saya masih
mengejar mimpi menjadi wanita karir. Merasa banyak wanita karir kerja dan punya
anak aja bisa, masa saya tidak bisa. Pada kenyataannya ketika wanita hamil akan
merasakan hal yang berbeda.
Musibah ini
menjadikan pelajaran bagi saya untuk tidak keras kepala dan iklas menerima
kenyataan, iklas menghadapi cobaan dan hubungan saya dan suami makin lengket,
bisanya pengantin baru suka cekcok namanya juga penyesuaian hihi.
Selang 2
minggu setelah curate saya kembali masuk kerja. Menjalani rutinitas kembali
sebagai pegawai berangkat pagi pulang malam. Saya menikmati pekerjaan saya
karena dengan bekerja saya bisa melupakan masalah saya dan rasa sedih saya
ketika habis keguguran. Satu bulan setelah curate saya control lagi. Dokter
berpesan untuk makan makanan bergizi, tidak boleh hamil dulu selama 3 bulan
kedepan dan setelah telat 1 hari langsung periksa, jangan di tunda tunda.
Control lagi 1 bulan sebelum hamil memastikan kandungan sudah pulih atau belum
untuk diisi lagi.
Yeyy mari kembali berjuang
menanti buah hati! Semangat!
#pejuang2garismerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar