Selasa, 20 November 2018

Kehamilan dengan hiperprolaktemia (kelebihan hormon prolaktin)


Assalamualaikum

Gimana kabarnya?? Alhamdulillah ada kesempatan nulis lagi. Masih cerita soal kehamilanku kedua. Kalau boleh dikata September ceria, yaa itulah persaanku di bulan September. Bulan September tepatnya tanggal 2 adalah 1 tahun pernikahan kami. Niatnya bulan September saya mau honeymoon sama suami ternyata Alhamdulillah tepat tanggal 2 September tes pack saya  menunjukkan hasil postif jelas. Saya bergegas ke dokter melakukan cek dan ternyata diminta untuk tes hormon prolaktin.

Setelah tes hasilnya bisa diambil 2 hari setelahnya.

Deg degan menunggu hasil tes. Akhirnya hari yang ditunggu tiba, dari kantor saya bergegas mengambil hasil tes sekalian konsultasi ke dokter. Hasilnya hormon prolaktin saya 47,64 dari nilai rujukan 6-29,9. Apa maksudnya? Akupun bertanya tanya…..

Setelah konsultasi ke dokter saya dijelaskan dengan hormon tersebut ternyata eh ternyata hormon tersebut ketinggian dan seharusnya tidak boleh tinggi pada ibu yang hamil muda. Biasanya orang yang hormon prolaktin tinggi itu  susah untuk hamil. Tapi kalau hamil muda dengan hormon prolaktin tinggi bisa jadi ketika tidak hamil hormon tersebut normal tapi setelah hamil maka hormon tersebut meningkat yang menyebabkan kandungan tidak berkembang. Jadi kemungkinan kehamilan saya sebelumya blighted ovum karena ini. Seseorang yang mempunyai hormon prolaktin tinggi biasanya berciri ciri jarang menstruasi, kepala pusing, penglihatan kabur, keluar asi, dll. Tapi beberapa ada yang tidak menunjukkan gejala namun hormon tersebut ternyata tinggi. Ini seperti yang saya alami dan bisa di cek dengan lab. Kasus seperti saya kata dokter termasuk kasus yang jarang hanya sebagian wanita yang mengalami seperti saya. Seketika saya syok, dan menanyakan apakah bisa dipertahankan. Dokter memberi banyak wejangan yaitu tidak boleh naik motor sendiri, tidak boleh naik turun tangga, tidak boleh stress, tidak boleh kecapean, makan yang banyak karena berat badan kurang untuk kehamilan awal naik 2 kg harusnya. Diberikan obat penurun hormon dan vitamin. Dokter juga menjelaskan obat penurun hormon mempunyai efek samping mual, muntah, dan pusing. Saya menanyakan ke dokter apakah saya boleh bekerja kata dokter boleh asal pantangannya harus dihindari. Saya dikasih surat keterangan hamil oleh dokter dan segera menebus obat. Jeng jeng harga obatnya 1,6 juta sudah sama periksa dokter. Periksanya sih murah Cuma 75 rb aja sudah termasuk USG tapi obatnya…… bikin tepok jidat yaa. Jadi setiap bulan saya merogoh kocek 1,6 juta untuk menyelamatkan bayi saya. Alhamdulillah doain bunda dan ayah rejekinya berlimpah terus ya nak,…semoga “kamu calon orang kaya ya nak”.

Saya mulai berdiskusi dengan suami bagaimana apakah saya harus resign atau masih lanjut bekerja. Kalau nuruti ego saya masih kepengen bekerja, tapii saya tidak mau menyesal dengan kejadian kehamilan sebelumnya. Pantangan saya pun cukup banyak. Saya hidup LDM dengan suami yang hanya ketemu seminggu sekali. Yakin kah saya bisa melaluinya sendiri? Saya coba satu minggu dulu. Saya mulai merasa mual hebat, pusing hebat, lemas setiap saya buka leptop saya mau muntah. Lihat HP saja nggak kuat lama lama. Muntah tidak mengenal waktu. Semakin diempet muntahnya semakin pusing. Saya mulai susah makan, nggak bisa masak karena sensitif bau. Akhirnya gofood dan gojek melulu. Setelah saya pikir pikir kok jadi tekor ya. Dan saya nggak dapat apa apa malah banyak mengeluh hidup sendiri saat hamil dengan keadaan hamil yang superrr ini padahal mestinya hamil disyukuri bukan dikeluhkan. Akhirnya saya menyerah dan lebih memilih fokus kehamilan saya dan ikut tinggal bersama suami. Saya putuskan untuk mengajukan resign dan minta dipercepat karena semakin hari kondisi saya semakin mual, merasa kasian dengan rekan seruangan mungkin jijik lihat saya muntah berkali kali, bau parfum ruangan aja pusing. Lalu saya nggak kuat naik turun tangga. Saya berdoa semoga resign saya segera acc dengan melampirkan hasil lab dan surat dokter serta memberi penjelasan tentang keadaan saya. Akhirnya tak berselang lama saya di acc resign meski sempat ditahan beberapa hari. Rasanya senang sekali saya merasa bebas beban. Merasa tidak bisa diandalkan ketika hamil dengan kondisi yang lemah dan pekerjaan terbengkalai. Meskipun kadang merasa eman eman saya sudah bekerja 2,5 th di perusahan yang lumayan menurutku. Tapi hidup adalah pilihan, semua pilihan punya kelebihan dan kekurangan serta prioritas. Akhirnya saya bisa menerima keputusan dengan lapang dada dan tidak ada kata menyesal telah memilih jalan hidup menjadi “mak mak berdaster” hihihi. The power of emak emak. Setelah resign saya belum kepikiran mau ngapain karena mau fokus dengan kehamilan saya yang butuh perhatian. Saya memutuskan untuk pindahan ke Semarang termasuk pindah dokter. Sebenarnya saya agak trauma dengan pindah pindah dokter karena kehamilan sebelumya saya malah bingung ikut pendapat yang mana. Tapi masa saya harus ke jogja hanya demi control??

Setelah di Semarang saya bergerilya mencari dokter yang hebat, yang deket rumah, yang terkenal,  searching di forum kehamilan dan bertanya tanya ke rekan kerja yang ada di Semarang. Akhirnya saya putuskan ke RS. Permata Medika karena dekat dan dokternya nyari yang praktik setiap hari jadi kalau ada apa apa tidak perlu ganti ganti dokter. Ternyata eh ternyata yang saya khawatirkan terjadi  dokter punya pendapat lain dan berbeda diagnosa akhirnya obat diganti semua. Akhirnya saya putuskan untuk berobat kembali ke jogja sampai sekiranya sudah aman kandungan saya untuk lahiran di Semarang.

Hamil itu sebuah anugrah dan perjuangan. Saya bisa merasakan perjuangan menjadi ibu yang butuh pengorbanan dan perjuangan untuk bisa melahirkan bayi yang sehat. Semua dilalui dengan mengesampingkan ego masing masing. Semoga kehamilanku yang kedua ini bisa berjalan dengan lancar, melahirkan anak yang soleh dan solehah dengan normal dan sehat. Semoga kisahku dapat menginspirasi dan tetap semangat bagi ibu ibu pejuang dua garis merah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar